Langsung ke konten utama

Budaya Korupsi di Indonesia

Meskipun pandemi melanda dunia, termasuk Indonesia, dan menyebabkan keterhambatan di berbagai sektor. Namun sayang, becana dunia yang membuat  banyak masyarakat kehilangan keluarga dan pekerjaaan ini tak membuat para koruptor berhenti. 

Menurut ICW, pada tahun 2020, dari 444 kasus korupsi, 107 di antaranya merupakan kasus korupsi dana Covid19. Yang lebih membuat miris, nyatanya, dari 2016 hingga 2020, terus terjadi tren peningkatan kerugian negara akibat kasus korupsi. Miris memang, melihat rakyat kesusahan, para elit menimbun kekayaan.

Seakan korupsi sudah menjadi budaya yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini. Harus kita akui, memang korupsi tanpa nurani sudah ada bahkan sejak zaman belanda. Bila kita tarik sedikti, ke zaman pembangunan jalan Anyer-Panarukan, kita akan melihat bagaimana elit pribumi menggelapkan dana untuk kepetingannya. 

Menurut VOI, Danedless tidak benar-benar memperkerjakan para buruh tanpa upah. Dia mempersiapkan bayaran untuk buruh. Ditemukan sebuah catatan yang memuat data gaji berdasarkan daerah buruh. Namun, entah di mana uang tersebut. 

Menurut Tempo, para mandor memiliki rumah yang mewah, sedangkan buruh tidak deiberi upah. Sungguh hal yang sangat timpang. Padahal data sebelumnya mengatakan bahwa seharusnya para buruh mendapat upah. Hal ini menimbulkan presepi bahwa uang pembayaran para buruh dimakan oleh para mandor yang secara asal juga merupakan warga npribumi.

Kini di masa modern, budaya korupsi pun masi sering kita temui. DI berbagai sektor kehidupan, rasanya korupsi ini terus ada. Contohnya, dalam pengajuan bantuan dana. Tanpa sadar, kita sering melakukan korupsi. Kita memberi mark up untuk barang-barang pada prooposal. Mungkin, kita pernah memakannya. Bukan kah itu juga termasuk korupsi?

Berdasarkan narasi di atas, degan panduan 3T, kita bisa menyimpulkan bahwa korupsi sejatinya merupakan budaya di Indonesia. Namun, kit aperlu menyadari bahwa tidak setiap budaya dapat diterima, dan harus dipertahankan. Budaya yang sejatinya melawan moral, serta kemanusian sudah seharusnya dihapuskan.

Kita sebagai generasi muda, harus memiliiki idealisme dan visi untuk membenahi buadya yang kita miliki. Kita harus mampu memfilter dengan hati nurani bahwa tidak setiap budaya dapat kita teruskan. Kita perlu mendifiniskan peran kita, menyangkut peran kita dalam berkebudayaan.

Muhammad Risqi Firdaus - 16520456

#Mengbudaya
#KATITB2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LeetCode (70): Permasalahan Menaiki Tangga

image source: liputan6 Seperti biasa, setiap pagi, aku mencoba untuk mengerjakan persoalan atau problem yang disediakan oleh Leetcode, sebuah website kumpulan persoalan yang biasanya diujikan pada technical test  ketika ingin melamar pekerjaan atau magang. Namun, kemarin, aku menemukan sebuah persoalan unik yang berjudul Climbing Stairs. Yang membuat persoalan ini unik bukan tingkat kesulitannya, melain sebagaimana tricky penyelesaiannya. Berikut persoalan Climbing Stairs dari LeetCode.  Seseorang bisa menaiki tangga dengan naik satu anak tangga atau langsung menaiki dua anak tangga sekaligus. dalam menaiki tangga, bisa saja dapat banyak kombinasi cara menaiki tangga. Jika terdapat tangga setinggi n anak tangga. Tentukan banyak cara menaiki anak tangga.     Bila Anda diminta untuk menyelesaikan ini, bagaimana kah cara Anda menghitungnya? Sejatinya, ada banyak cara menyelesaikan permasalahan ini. Namun, dalam komputasi, jawaban terbaik disajikan dalam cara termalas atau nilai kompleksit

Sebuah Catatan Semester III dan 2021

Grafik pengunjung blog [Mungkin mengandung kata kasar, dan menganggu]  Katanya " Orang yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin, orang merugi adalah yang hari ini tak lebih baik dari hari kemarin, sedangkan orang celaka adalah yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin". Begitulah gambaran awalnya, mungkin kalo dievaluasi. Muncul pertanyaan besar, kiranya di manakah posisi Risqi sekarang? Jika boleh jujur, menurut penulis, Risqi sekarang ada di titik celaka. Ya, yang hari kemarinnya masih lebih baik dari hari ini. Baik dari spiritual, moral hingga akademik. Sudah banyak teman ia minta saran, tapi rasanya sama saja. Sepertinya beda saja, dulu dua amat rajin membuat artikel machine learning di blog, mencoba hal atau teknologi baru, ikut hackathon dan lomba, tapi sekarang progressnya macet, liburan diisi dengan hal tak bermanfaat. Bukannya tak bersyukur, memang kadang dalam mengevaluasi diri perlu disadari dan diakui bahwa DIRIMU S*MPAH. Orang berkata, banya

30 Jam 3 Orang 1 Produk

 Mungkin, artikel ini berjudul 30 jam, tapi cerita yang kubawakan mungkin akan lebih panjang. Cerita tentang perjalan membuat Workoutin (ini link copyannya). Walau masi jauh dari sempurna. Namun, perjalanan ini cukup menarik buat aku critain. Ini merupak first time masuk final lomba nasional, ya meskipun belum juara 1 :"), but hamdallah. Berawal dari sebuah informasi lomba di notion. Ya, awalnya aku kurang berminat, karena takut, dan banyak hal lain. Namun, aku sadar, kalo aku tetep di state ini, ga mau bergerak, mana mungkin berubah? Cerita pun berawal dari pencarian tim. Aku tidak begitu saja mendapat tim. Beberapa kali mendapat penolakan. Hingga akhirnya terbentuklah, Risqi, Yandy, Helmi, alias Gak Ada Ide. Aneh memang, berawal dari kebingungan memberi nama, kami pun akhirnya memberi nama "Gak Ada Ide" karena memang ga ada ide untuk nama tim. Setelah mendaftar, bisa dibilang, kami cukup santai dengan lomba ini. Kami tidak menarget sedikitpun.  Saking santainya, mungki