Langsung ke konten utama

Harapan, Mengenai sebuah Tumpuan Kehidupan Manusia

 Pernah ga, temen-temen memperhatikan, hal apa yang membuat seseorang bertahan menjalani hidupnya? Yang membuat seseorang terus berusaha meski tak kunjung ada hasil. Bahkan, mungkin membuat seseorang menembus batas kemampuannya.

Pernah kah, teman-teman memperhatikan, bagaiaman seorang kakek yang awalnya sakit-sakitan tiba-tiba menjadi bugar dan tegar ketika menemui cucunya yang baru lahir? atau seorang nenek tua renta, yang tiba-tiba menjadi kuat ketika mendapat panggilan haji?

Pernahkah teman-teman memperhatikan seorang ibu yang baru saja melahirkan, terjaga di tengah malamnya, dan dengan mata berlinang, mengamati buah hatinya? Menjaga dan menemaninya setiap malam, walau harus tidak tidur semalam suntuk.

Mungkin hal terdekat dari teman-teman. Pernakh teman-teman tidak tidur beberapa malam, belajar untuk ujian, atau mungkin menyiapkan kepanitiaan?

Cerita di atas, merupakan gambaran, bagaimana seorang manusia hidup dengan harapannya masing-masing. Harapan yang membaut manusia hidup dan menghidupi kehidupannya. Harapan juga yang menjadi pembeda antara manusia hidup dan mati, atau mungkin setidaknya kehidupan yang terasa mati.

Entah harapan itu terwujud atau tidak, bagi seorang yang sedang dalam harap, pasti hal tersebut bukan yang utama, melainkan persistence-nya untuk terus memperjuangkan. Karena, nyatanya, keterwujudan dari sebuah harapan kembali lagi kepada usaha manusia tersebut serta bagaimana garis Tuhan yang telah ada.

Harapan sendiri berasal dari kata harap yang maknanya keinginan akan terjadinya sesuatu. Dengan demikian, harapan menyangkut masa depa atau sesuatu yang belum terjadi. Dalam bahasa inggris, harapan berarti hope. Di dalam oxford dictionary disebutkan hope berarti kepercayaan bahwa sesuatu yang kamu inginkan akan terjadi. (Al munaa)

Sebagai makhluk bermoral, sudah seharusnya harapan manusia linear dengan moral, etika, serta aturan agama yang dianutnya.

Sejak kecil, kita mungkin sudah sering mendegnar nasihat, untuk mengantungkan, harapan setinggi langit. Hal tersebut bisa kita anggap benar, karena hanya dengan adanya harapan, kita akan terus bertahan hidup dan memperjuangkan hidup yang kita jalani. Harapan lah yang membuat kita semangat untuk terus bekerja dan memperjungkan mimpi.

Pada dasarnya, ada dua hal yang menyebabkan manusia memiliki harapan dan terus berharap alam hidupnya. Yang pertama, dorongn kodrat, kodrat merupakan bawaan lahir setiap manusia yang hidup. Kodrat ini yang menyebabkan manusia tertawa atau bahagia ketika harapannya tercapai, atau sedih dan menangis ketika harapannya tak sesuai dengan realita.

Kedua, dororangan kehidupan. Sudah menjadi fakta bahwa, kita tidak bisa hidup dengan diam saja, untuk bertahan hidup kita perlu memenuhi dorongan primer manusia. Dorongan sendiri ada berupa dorongan rohani, yakni dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan hati, serta dorongan jasmani yang berhubungan dengan kebutuhan fisik manusia.

Menurut Abraham Maslow, ada lima dorongan kehidupan dan kodrat manusia mengenai harapan, yakni:

1. survival

2. safety

3. be loving and loved

4. status

5. self actualization

Salah satu hal yang mendorong manusia untuk berharap adalah kepercayaan. Perlu disadari bahwa tidak semua hal yang dikethui manusia, dia cari tahu sendiri, sebagian besar justru berasal dari orang lain, dan di situlah kepercayaan memiliki peran. Kepercayaan membuat manusia memaknai dan menjalani sesuatu yang mungkin ia sendiri tak dapat membuktikan kebenarannya, layaknya harapan yang belum terjadi bukan? harapan ada karena kepercayaan manusia akan sesuatu yang baik di masa depannya.

Ya di akhir tulisan, mungkin aku sedikit sedikit cerita yang sebenarnya tidak penting. 

Aku juga hidup dari harapan. Ketika SMA, ak berharap masuk ke kampus teknik impian. Aku sadar mimpi ini hampir tidak mungkin terwujud, mengingat aku bukan berasal dari sekolah unggulan, tidak ada rekam jejak baik di kakak tingkat, hingga aku bukan siswa yang menonjol di kelas. Namun, nyatanya harapan itu terwujud. Kita tidak tahu apa yang menjadi akhir sebuah cerita, nyatanya batas kita hanya berjuang.

Sebagaimana pula mungkin aku di masa depan. Mungkin hari ini, pekerjaan masa depan, jodoh masih belum pasti, tapi intinya bukan untuk mundur dan pesimis begitu saja, tapi memperjuangkan yang terbaik terlebih dahulu. Karena aku percaya, berharap adalah pilihanku, dan setiap ketidaksesuaian realita dan harapan di masa depan merupakan resiko dari pilihan yang kuambil. Meski begitu, aku harus terus mencoba, buat menjadi lebih-baik lagi.

Pun saat ini, aku juga lagi berharap akan masa depan yang gemilang. Whatever the story will be ended. Dihabiskan pagi-siang-sore-malam hanya untuk mencapai mimpi. Aku sadar belum tentu aku sukses meskipun sudah belajar sepanjang malam, mengisi malam dan subuh dengan rapat, mengisi pagi dengan magang dan siang-sore dengan kuliah. Belum tentu, semua sleepless day ku ini memastikan kesuksesan di masa depan, meski tidur dini hari. Belum tentu aku bisa menikah dengan orang yang kuingin saat ini. Namun yang jelas, terpenting bukan mimpi terwujud , tapi dalam prosesnya aku terus memiliki mimpi dan menjadi lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LeetCode (70): Permasalahan Menaiki Tangga

image source: liputan6 Seperti biasa, setiap pagi, aku mencoba untuk mengerjakan persoalan atau problem yang disediakan oleh Leetcode, sebuah website kumpulan persoalan yang biasanya diujikan pada technical test  ketika ingin melamar pekerjaan atau magang. Namun, kemarin, aku menemukan sebuah persoalan unik yang berjudul Climbing Stairs. Yang membuat persoalan ini unik bukan tingkat kesulitannya, melain sebagaimana tricky penyelesaiannya. Berikut persoalan Climbing Stairs dari LeetCode.  Seseorang bisa menaiki tangga dengan naik satu anak tangga atau langsung menaiki dua anak tangga sekaligus. dalam menaiki tangga, bisa saja dapat banyak kombinasi cara menaiki tangga. Jika terdapat tangga setinggi n anak tangga. Tentukan banyak cara menaiki anak tangga.     Bila Anda diminta untuk menyelesaikan ini, bagaimana kah cara Anda menghitungnya? Sejatinya, ada banyak cara menyelesaikan permasalahan ini. Namun, dalam komputasi, jawaban terbaik disajikan dalam cara termalas atau nilai kompleksit

Sebuah Catatan Semester III dan 2021

Grafik pengunjung blog [Mungkin mengandung kata kasar, dan menganggu]  Katanya " Orang yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin, orang merugi adalah yang hari ini tak lebih baik dari hari kemarin, sedangkan orang celaka adalah yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin". Begitulah gambaran awalnya, mungkin kalo dievaluasi. Muncul pertanyaan besar, kiranya di manakah posisi Risqi sekarang? Jika boleh jujur, menurut penulis, Risqi sekarang ada di titik celaka. Ya, yang hari kemarinnya masih lebih baik dari hari ini. Baik dari spiritual, moral hingga akademik. Sudah banyak teman ia minta saran, tapi rasanya sama saja. Sepertinya beda saja, dulu dua amat rajin membuat artikel machine learning di blog, mencoba hal atau teknologi baru, ikut hackathon dan lomba, tapi sekarang progressnya macet, liburan diisi dengan hal tak bermanfaat. Bukannya tak bersyukur, memang kadang dalam mengevaluasi diri perlu disadari dan diakui bahwa DIRIMU S*MPAH. Orang berkata, banya

30 Jam 3 Orang 1 Produk

 Mungkin, artikel ini berjudul 30 jam, tapi cerita yang kubawakan mungkin akan lebih panjang. Cerita tentang perjalan membuat Workoutin (ini link copyannya). Walau masi jauh dari sempurna. Namun, perjalanan ini cukup menarik buat aku critain. Ini merupak first time masuk final lomba nasional, ya meskipun belum juara 1 :"), but hamdallah. Berawal dari sebuah informasi lomba di notion. Ya, awalnya aku kurang berminat, karena takut, dan banyak hal lain. Namun, aku sadar, kalo aku tetep di state ini, ga mau bergerak, mana mungkin berubah? Cerita pun berawal dari pencarian tim. Aku tidak begitu saja mendapat tim. Beberapa kali mendapat penolakan. Hingga akhirnya terbentuklah, Risqi, Yandy, Helmi, alias Gak Ada Ide. Aneh memang, berawal dari kebingungan memberi nama, kami pun akhirnya memberi nama "Gak Ada Ide" karena memang ga ada ide untuk nama tim. Setelah mendaftar, bisa dibilang, kami cukup santai dengan lomba ini. Kami tidak menarget sedikitpun.  Saking santainya, mungki