src: STEI ITB |
Kemarin Rabu (02/02/2021), aku mengikuti kuliah umum yang disampaikan Prof. Suhono. Pada kuliah umum kali ini, Prof. Suhono mengangkat isu pengaplikasian sistem cerdas untuk meningkatakan kualitas hidup. Kuliah umum ini diadakan oleh KK Teknologi Informasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung. Berikut adalah hal-hal yang kudapat dari kuliah umum kali ini.
Kemajuan teknologi infomrasi yang sangat cepat telah masuk ke segala bidang. Perkembangan sistem teknologi informasi tak berhenti di sistem otomasi saja, tetapi kehadiran sistem otonom dan cerdasnya juga telah membawa angin segar bagi tatanan kehidupan renaisance 4.0 atau society 5.0. Pola kehidupan bermasyrakt pun ikut berubah. Namun, bila ditelisik, Indonesia masih cukup tertinggal dalam pengaplikasian sistem cerdas.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, mari kita telaah dulu, apasih sistem cerdas itu. Menurut Prof. Suhono, sistem cerdas bukan sebuah sistem dengan banyak aplikasi atau sistem dengan banyak fitur, tetapi sebuah sistem yang terintegrasi dan dapat diaplikasikan di suatu komunitas. Sistem ini dapat melakukan pekerjaan otomasi dengan intervensi manusia sesedikit mungkin.
Dalam persiapannya sebuah sistem cerdas memerlukan setidaknya empat tahapan, yakni persiapan, pendeefinisian, identifikasi dan transformasi. Tiga konsep inti yang perlu diterapkan dalam pengaplikasiannya adalah sensing, understanding, and acting, atau beliau menybeutnya dengan iqra', tabayyun dan bertindak. Menurut Prof Suhono, pada tiap tindakan perlu diadakannya improvisasi sehingga terbentuk lah sistem cerdas. Dinamika tersebut lah yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Seperti halnya manusia, sistem cerdas terdiri atas signal atau otak, sensing atau syaraf, network atau jaringan neural, dan actuators atau motorik. Semua aspek ini terangkum dalam sebuahsistem yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Prof. Suhono pula, untuk mebangun sistem cerdas setidaknya memerukan tiga komponen, yakni instrumen atau IoT, interconnection atau network, dan intelejensi atau data. Ketiga komponen ini perlu diolah oleh tiga stageholder yakni, masyarakat, pemerintah dan disiplin ilmu lain. Dengan terpenuhinya aspek-aspek yang telah disebutkan, maka dapat terbentuk lah sistem-sistem cerdas, seperti smart transport, smart agriculture, smart building, dan smart governance.
Dalam pengaplikasiannya ada tantangan dan tananan yang perlu diperhatikan seperti regulasi yang ada dan etika. Agar terbentuknya visi Indonesia emas 2045 yang cerdas dalam lima bidang prioritas. Pengaplikasiannya pun tidak boleh lepas tangan begitu saja. perlu diawali dengan smart leadership sehingga tiap-tiap fase dalam pembangunannya dapat terlaksana dengan baik, dan tujuan dari sistem cerdas itus endiri dapat terealisasi.
Empat fase utama dalam pembangunannya yakni, planning, building, running and evaluating. Keempat fase tersebut tidak boleh dilompati maupun ditinggalkan. Perlu dibentuk ekosistem pembangunan sirkulal sehingga improvisasi dari sistem cerdas terus berlangsung dengan awet. Semakin besar sirkulasi fase yang terjadi, maka nantinya akan membangun suatu ekspansi dari sistem cerdas, sehingga manfaat yang diberikan dapat meningkat baik dari sisi penerima maupun hal yang dicakupi sistem tersebut.
Perlu disadari bahwa dalam pembangunan sebuah sistem pasti akan banyak masalah yang dihadapi. Prof. Suhono menjelaskan setidaknya ada lima masalah yang akan dihadpai dalam pembangunan sistem cerdas pada kota cerdas. Pertama implementasi yang minim. Kedua, kesesuaian kondisi sistem terhadap komunitas dan geografi maupun demografi kota. Ketiga, cakupan sistem yang terbatas. Keempat, fokus sistem yang kurang tepat. Dan terakhit, evaluasi sistem yang terabaikan.
Mungkin tidak banyak yang aku tangkap. Bila ada kurang lebih aku mohon maaf. Semua kritik dan masukan akan sangat membantu. Semoga tulisan ini bermanfaattt.. yee
Muhammad Risqi Firdaus, NIM 16520456, STEI, PRD K-20.
Komentar
Posting Komentar