Langsung ke konten utama

Seminggu Empat Provinsi


Halo, lama ya kita ga bersua. Jangankan untuk bertukar cerita, bertegur sapa saja rasanya mungkin berbeda. Sebenarnya, kemarin aku sudah menulis, tapi rasanya aku tak cukup percaya diri untuk mengunggahnya ke blog ini. Yap judulnya ga bohong kok. Seminggu ini, ku rasa menjadi minggu yang hebat. Mungkin kalo jadi cerita, akan jadi sebuah episode podcast tersendiri. Namun, akan sedikit ku tuangkan cerita di sini. Agar bebas rasa hati ini. Dalam seminggu setidaknya, aku menempuh 2 jam di travel, 10 jam kereta, serta 13 jam di bus. Belum termasuk perjalan dalam kota baik dengan KRL, MRT, Transjarkat maupun Mobil. Setidaknya ku jelajahi 3 provinsi, dan ku lalui 4 provinsi, meskipun hanya untuk mampir makan. Aku mulai minggu ini dengan menjenguk paman ku di Cibubur. Perjalan di mulai sebelum subuh dengan travel tujuan Bogor. Aku pun minta diturunkan di seberang Buperta Cibubur, serambi ku mencari sarapan pagi. Dalam jalan kakiku, baru ku sadari, esok minggu akan dibuka Jambore Nasional ke XI, lama juga ya, sejak mungkin terakhir ku melihat kawan berangkat Jamnas semasa SMP. 


Siang hari, tidak hanya mengunjungi paman, sekaligus ku bermain dengan keponakan ku yang masih bayi. Ku hapuskan sejenak segala pekerjaan. Bertemu mereka, bermain, atau bahkan memaksanya makan haha. Ku akui, menjadi orang tua merupakan tangung jawaba yang besar. Dengan menjadi orang tua, artinya seseorang harus mengikhlaskan waktunya untuk anak mereka. Yap, di setiap penerimaan yang kita terima, ada suatu konsekuensi untuk melepaskan sesuatu yang kita punya, mungkin itu waktu istirahat, atau bahkan harta. Yap, segalanya indah, tidak ada pilihan yang salah, semua tergantung bagaimana kacamata digunakan. Sorenya, terjadilah sharing session dengan kedua sepupu, Senior iOs Engineer sebuah fintech, serta Senior PM sebuah toko unicorn. Sebenarnya, dapet kesempatan referral, tapi karena masi ada kontrak aku hold dulu hehe. 


Senin pagi, mulai pagi dengan menonton kesibukan PM di pagi hari. Sebelum siangnya, aku pergi ke UI. Sayang, tak dapat bertemu dengan seorang teman, karena sedang sibuk OKK sepertinya. Siang menjelang, pergilah diri ini ke Jakarta Pusat dengan KRL dari Statsiun UI. Turun di Gondangdia dan berjalan menuju Perpusnas di bawah terik Jakarta yang mengundang keringat. Perpusnas menjadi tempat penambahan tugas penyebran plakat dari Faiq. Sehaibus itu, aku jalan menuju Sarinah untuk menunggang TJ. Turun di Kemenkes, dan melanjutkan jalan menuju Menara BTPN untuk bertemu Tim Bank Jago. Di perjalan, ku liat sekitar, rupanya perumahan pejabat. Setelah dari sana, pergilah aku ke Gedung Alami. Sayang, alumni yang harusnya ku temui sedang rapat. Sehingga ku putuskan untuk segera pergi ke lebak bulus dengan MRT untuk menuju tujuan lain. 

Setelah selesai dengan Lebak Bulus, aku pergi ke Kantor Paragon, niat awal si mengantar plakat, rupanya aku keburu bertemu mentor, hingga kami solat dan mengobrol, sembari mengatar plakat dan mengobrol bersama para Satpam. Unik, para petinggi di Paragon cukup dekat dengan satpam di sana. Karena ada beberapa ruang di gedung kantor tempat magang yang belum ku jelajahi, serta belum pertemu dengan PM-ku, aku pun berjanji untuk datang lagi esok pagi. Singkat cerita pergilah aku ke MRT, ternyata di MRT Blok M, aku bertemu dengan seorang temanku, teman ambis masa SBMPTN. 

Sehabis itu, aku pergi ke Bendungan Hilir, untuk makan bersama Faiq dan Daffa di sebuah warung AYCE. Kenyang sudah kami makan daging, pergilah kami ke penginapan, sayangnya GPS Hpku ternyata error dan kami harus masuk ke Sampoerna Tower akibat kesalahan GPS GoCar. Malam itu, kami menginap di sebuha hotel tua, bernama Paragon di Jakarta Pusat, belakang MNC Tower. Seharusnya, tidak bisa kami bertiga satu kamar, tapi siasat cerdik serta presuasi kami berhaisl meluluhkan bapak resepsionis yang terlihat galak. Kami pun tidur, dengan Daffa Faiq di Kasur dan aku di lantai, beralaskan bed cover.

 Pagi datang, kami mencari sarapan di sekitar stasiun Gondangdia, sebelum kami berpisah. Ya, Faiq pulang lebih dahulu, Daffa ke Depok berjumpa teman, sedangkan aku pergi ke kantor. Setelah jalan cukup jauh ke dekat stasiun Gambir, aku pun naik Bus Listrik, sayangnya, karena capek dan perjalan jauh, aku pun tertidur di Bus. Seharusnya aku turun di CSW, tapi aku tertidur dan bangun di pemberhentian terakhir di Terminal Blok M. Untungnya, tidak telrampau jauh untuk jalan. Ternyata nasib kurang enak ini menimpaku lagi, ya, aku salah naik Bus menuju Meruya, harusnya aku naik M1 menuju meruya, bukan pesanggrahan, setelah jalan dan ngojek akrena capek, sampailah badan basah keringat ini di kantor. 

I started my work from office journey dengan muterin kantor bersama Head-ku, Mas Redha. Dikenalkannya diriku dengan beberapa orang di sana, hingga ku sadari banyak juga ya anak ITB, atau bahkan mungkin mayoritas anak ITB di IT Paragon, mereka pun dari jurusan beragam, dari Teknik Fisika hingga Matematika. Pun aku dikenalkannya dengan salah satu juri Paragon Hackathon Competition, ini jadi cerita sendiri annti ya, WKWK. Okey, serambi beli makan siang, kami pun muterin kantor, dan saya jadi sadar, head office ini terdiri dari 7 sektor, dengan sektor 3 (kantorku) punya kolam renang. Ngantor yang cukup asik, meet offline, diskusi asik, hinga menjelajah rooftop yang kece parah. Sasmbil kerja, sambil meet dengan seorang sahabat, yap agar ngantorku lebih asik, sambil di rooftop yang ber-ac wkwkw. Cukup terik, tapi asik. Ada sofa yang buat tidur seperti di cafe-cafe gitu. Asik juga si, dibeliin kopi dan dapet keik dari mentor wkwk.

Okey, setelah itu aku pulang ke Bandung, perjalan ini lucu juga si. Iya, aku di Transjakarta arah Gambir, kelewatan lagi, jadi aku jalan dari Halter Harmoni ke Gambir. Mayan juga, muterin beberapa gedung kementrian dan Staff Khusus Presiden. Namun, di sini aku jadi sadar, banyak hal emang harus diikhlaskan. 

Aku sampai stasiun cukup mepet. Untung masih sempat membelikan makan Daffa, meskipun onigiriku akhirnya dimakan sama dia. Ya gak papa si, toh, sampek bandung aku makan lagi hehe. Kami pun tiba di Bandung pukul 9, sampai di gelap nyawang, kami tak langsung ke kamar, tapi beli makan dulu, akibat perut yang sudah kelaperan, jalan jauh hari ini. Okey, mari lanjut ke fase kedua, ya perjalanan ke Jogja. Meskipun hanya semalam ku di jogja, yep jika ditotal, waktu yang kuhabiskan perjalanan pulang-pergi dengan lama di Jogja, jumlahnya sama.

Okey mari kita mulai perjalan dengan Bis yang cukup tidak jelas. Pertama kali naik bis AKAP non-tol memberikanku pengalaman untuk sabar, sabar menghadapi realita. Oh ya, jadi teringat untuk memberi bintang 1 di traveloka tentang Bis ini. Aku mulai perjalanan dengan CS bus yang ga mengangkat telpon. Ada mungkin 6 telepon ke dua nomor dalam rentang waktu satu jam, tanpa ada balasan. Akhirnya kena sentak supir Bus wkwkw. 

Okey, mulai dari pelayanan ga jelas, hingga jam di traveloka tidak sesuai keberangkatan aslinya. Kupikir cukup di situ. Nyatanya, di perjalanan Bus ini sangat molor. Yap, melintasi selatan Jawa Barat, mereka amat sangat tak tepat waktu, dan terkesan terlalu lama ngetem. Anehnya bus ini memang mungkin diisi orang barbar, hanya tidak sape seperempat kursi terisi. Di tengah jalan pun, di daerah Tasikmlaya, bus ini diberhentikan salah atu ojek dan penumpang yang ketinggalan bus ini. Sungguh SOP yang luar biasa. Makan pun tidak jelas, kupikir 17 ribu kenyang, ternyata untuk 2 lauk dan satu sayur, aku harus menambah 5 ribu hahaha. Waktu untuk solat pun sangat tipis. Perjalan yang penuh pusing, goyang kanan kiri, serta rem mendadak ini pun berakhir pukul stengah 12 malam, setelah 13 jam perjalanan yang membuatku mengelus dada. 

Ya, aku tak menyesal mencobanya, meskipun memakan waktu yang luar biasa, setidaknya aku belajar sabar. Aku tiba di rumah pukul 12 malam, di lanjut mandi dan solat. Meskipun baru bisa tidur pukul dua, aku tak bisa tidur habis subuh, cukup aneh dan melelahkan, mengingat hari ini aku harus mengunjungi adekku dan beberapa sodara, dan diakhir perjalan pulang ke Bandung setelah isya, aku tidak bisa tidur di waktu luang. Mungkin efek menonton film horor, meskipun aku tak merasa takut sedikit pun hehe. 

Oke, malam pun tiba, pukul 18,30 aku bertolak ke stasiun untuk pulang Yap, akhirnya selesai sudah, perjalan seminggu ini yang penuh lelah. Meskipun lelah, minggu ini memberi warna cukup berarti, dari sabar, lelah, pusing, hingga bahagia. Yap, untuk pertama kali, masuk 10 besar lomba tingkat nasional di ajang bergengsi, Paragon Hackaton Competition. Finalnya memang masih esok jumat, beswar harapan, timku dapat memberika kontribusi terbaik kami, walaupun jadinya aku tidak bisa mengikuti kegiatan asrama camp.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LeetCode (70): Permasalahan Menaiki Tangga

image source: liputan6 Seperti biasa, setiap pagi, aku mencoba untuk mengerjakan persoalan atau problem yang disediakan oleh Leetcode, sebuah website kumpulan persoalan yang biasanya diujikan pada technical test  ketika ingin melamar pekerjaan atau magang. Namun, kemarin, aku menemukan sebuah persoalan unik yang berjudul Climbing Stairs. Yang membuat persoalan ini unik bukan tingkat kesulitannya, melain sebagaimana tricky penyelesaiannya. Berikut persoalan Climbing Stairs dari LeetCode.  Seseorang bisa menaiki tangga dengan naik satu anak tangga atau langsung menaiki dua anak tangga sekaligus. dalam menaiki tangga, bisa saja dapat banyak kombinasi cara menaiki tangga. Jika terdapat tangga setinggi n anak tangga. Tentukan banyak cara menaiki anak tangga.     Bila Anda diminta untuk menyelesaikan ini, bagaimana kah cara Anda menghitungnya? Sejatinya, ada banyak cara menyelesaikan permasalahan ini. Namun, dalam komputasi, jawaban terbaik disajikan dalam cara termalas atau nilai kompleksit

Sebuah Catatan Semester III dan 2021

Grafik pengunjung blog [Mungkin mengandung kata kasar, dan menganggu]  Katanya " Orang yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin, orang merugi adalah yang hari ini tak lebih baik dari hari kemarin, sedangkan orang celaka adalah yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin". Begitulah gambaran awalnya, mungkin kalo dievaluasi. Muncul pertanyaan besar, kiranya di manakah posisi Risqi sekarang? Jika boleh jujur, menurut penulis, Risqi sekarang ada di titik celaka. Ya, yang hari kemarinnya masih lebih baik dari hari ini. Baik dari spiritual, moral hingga akademik. Sudah banyak teman ia minta saran, tapi rasanya sama saja. Sepertinya beda saja, dulu dua amat rajin membuat artikel machine learning di blog, mencoba hal atau teknologi baru, ikut hackathon dan lomba, tapi sekarang progressnya macet, liburan diisi dengan hal tak bermanfaat. Bukannya tak bersyukur, memang kadang dalam mengevaluasi diri perlu disadari dan diakui bahwa DIRIMU S*MPAH. Orang berkata, banya

30 Jam 3 Orang 1 Produk

 Mungkin, artikel ini berjudul 30 jam, tapi cerita yang kubawakan mungkin akan lebih panjang. Cerita tentang perjalan membuat Workoutin (ini link copyannya). Walau masi jauh dari sempurna. Namun, perjalanan ini cukup menarik buat aku critain. Ini merupak first time masuk final lomba nasional, ya meskipun belum juara 1 :"), but hamdallah. Berawal dari sebuah informasi lomba di notion. Ya, awalnya aku kurang berminat, karena takut, dan banyak hal lain. Namun, aku sadar, kalo aku tetep di state ini, ga mau bergerak, mana mungkin berubah? Cerita pun berawal dari pencarian tim. Aku tidak begitu saja mendapat tim. Beberapa kali mendapat penolakan. Hingga akhirnya terbentuklah, Risqi, Yandy, Helmi, alias Gak Ada Ide. Aneh memang, berawal dari kebingungan memberi nama, kami pun akhirnya memberi nama "Gak Ada Ide" karena memang ga ada ide untuk nama tim. Setelah mendaftar, bisa dibilang, kami cukup santai dengan lomba ini. Kami tidak menarget sedikitpun.  Saking santainya, mungki